Jumat, 11 Maret 2011

tentang hujan

Oleh : nhaELF4ever


Jendela kayu bercat coklat kekuning- kuningan itu terbuka dengan kasar.tampak seorang gadis 17 tahun menyampirkan dagunya di ambang jendela,memutuskan tatapan pada gumpalan kelabu uap air yang menggantung di yang sama.hujan.benang-benang perak yang tergerai dari negeri langit yang gaib.
“aku selalu bahagia saat hujan turun karena aku dapat mengenangmu untukku sendiri..’’guman gadis berjilbab yang akrab di sapa mina oleh teman-temannya,menyanyikan penggalan lagu yang dia dengar di radio beberapa hari lalu.’’ini tentang aku dan hujan,yang akhirnya harus menyertakanmu juga.sebab,beberapa menit pada suasana hujan tahun lalu.hujan sempat menahan mu untuk ku.’’tika mulai menarikan pena di atas lembar-lembar agendanya.’’judulnya:didik.hadiah dari langit untuk mina.hmmm…’’
Pikirannya mulai menusuk hujan lebih dalam lagi,hingga mengantarkan jihan pada kenangan tahun lalu.sebuah siang yang gerimis dan dilematis.
***
Jam sekolah sudah berakhir beberapa menit lalu,tapi gerimis halus yang tiba-tiba saja turun mampu menahan beberapa siswa untuk tetap berada di sekolah,salah satunya gadis berjilbab dari kelas social yang hobi menatap langit,mina.dia bersama 2 temannya memasuki ruang kelas yang sudah lengang sambil menunggu hujan reda.sementara itu,didepan ruangan berkumpul beberapa siswa dari kelas lain,salah satunya,didik,anak laki-laki berwajah dingin dan manis.
‘’mina,dia ada di luar,di depan pintu,’’lapor salah satu teman mina.
‘’aku tahu.’’mina berusaha untuk tidak memandang ke arah depan,meski sesungguhnya dia sangat ingin melakukannya.
‘’dia lihat kea rah sini,min.tidak Cuma sekali.’’perkataan temannya membuat jihan semakin merasa tersiksa.
‘’aku tahu.tolonglah,jangan buat aku ajadi serba salah.’’mina mulai kesal.’’aku ingin melihatnya.tapi aku tidak boleh selalu menuruti keinginanku.melihatnya akan membuatku semakin menginginkannya.itu sangat menyiksa karena didik begitu jauh sedang aku tidak bisa berbuat apa-apa untuk meraihnya.yang harus aku lakukan adalah mulai mengendalikan perasaanku dan bukan sebaliknya.aku tidak mau dikendalikan dan aku tidak sudi menyerahkan hidupku pada keinginanku semata-mata,’’batin mina jalam lubuk hatinya.
Mina selalu merasa kesulitan ketika dihadapkan pada pilihan antara apa yang ingin dia lakukan dan apa yang harus dia kerjakan.naasnya lagi,dia seringkali diharuskan untuk memilih salah satunya sebab pada kenyataanya,antara apa yang harus dan apa yang ingin dia lakukan adalah 2 hal yang sangat berseberangan berlawanan.
***
Kemudian,sebuah siang yang gerimis di tahun yang berbeda telah tiba.jihan menyampirkan dagu di atas lengan di ambang jendela kelasnya.pandangannya tertuju tepat pada sosok berwajah dingin dan manis yang tengah berdiri menyandarkan tubuh di ambang pintu ruang kelas di seberang san.tiba-tiba,seorang gadis menis datang merapikan rambut anak laki-laki bernama didik itu.
‘’mereka pacaran,’’bisik mina pada dirinya sendiri.
Menyadari kenyataan itu,mina mulai berpikir tentang siang gerimis tahun lalu.’’apakah seharusnya dulu aku mengikuti keinginanku?’’pikir mina.’’apa aku sedang menyesal?’’dia diam cukup lama,’’tidak!penyesalan merupakan bentuk penolakan terhadap masa lalu,sedangkan yang igin aku lakukan dan memang seharusnya aku lakukan adalah berdamai dengan masa lalu.berdamai denagn tidak menyesalinya dan menyimpannya sebagai kenangan yang akan aku buka sewaktu-waktu sebagai bukti bahwa aku telah hidup pada masa itu.aku telah ada dan memiliki orang-orang serta suasana yang akan aku rindukan.aku telah belajar untuk menyanyi.’’
***
Kembali pada siang gerimis di ipertengahan oktober.tatapan mina tersangkut pada kepakan sayap dan gerakan memutar sekawanan burung wallet yang melesat memutus benang-benang perak yang tergerai dari negeri langit yang gaib.
‘’bukankah seharusnya mereka pulang,ya?gumam mina tetap memfokuskan matanya pada kawanan burung itu.
‘’atau ,justru saat-saat seperti inilah yang mereka tunggu sejak tadi?apa mereka akan baik-baik saja?’’
Pikirannya kemudian melesat kembali pada pengalamannya 11 tahun silam,saat hujan yang dia senangi justru menyadarkannya pada ruangan putih dengan bau obat-obatan yang membuatnya muak,mendamparkan tubuhnya dalam kondisi lemah selama sebulan yang lamban.
‘’apakah seharusnya dulu aku tidak bermain hujan?tapi saat itu aku tidak sedang ingin bermain hujan,melainkan di haruskan membantu ayah membersihkan lemari tua kami dengan keharusan itu.dan aku senang dengan kondisiku saat ini.aku sakit,ayah dan ibu semakin perhatian.dan sakit itu telah membantu menguruskan badanku,hingga aku tidak perlu terlihat seperti bola lemak berjalan.hmm…selalu ada garis perak di tepi mendung yang kelabu.rencana Allah yang rapi.’’
***
Hujan akhirnya reda saat sore tiba.langit tidak lagi menyisakan mendung yang kelabu,yang ada hanya warna biru yang membentang bersih di atas cakrawala dengan sembarut jingga dari barat.burung-burung wallet telah menemukan jalan ke sarang dan segera pulang.kenangan akan hujan 11 tahun silam hingga gerimis di siang yang di lematis tahun lalu,telah kembali pada takdirnya sebagai kenangan,yang berharga untuk di kenang dan bukan untuk di sesalkan.apapun yang ingin dititipkan hujan,entah keharusan atau keinginan,atau di lema yang menyebalkan,yang jelas,aku selalu bahagia saat hujan turun karena aku dapat mengenang mu untuk ku sendiri…
Ini tentang aku dan hujan,yang akhirnya harus menyertakamu juga.sebab,beberapa menit pada seasana hujan tahun lalu,hujan sempat menahanmu untukku.walau yang tersisa dari hujan tahun ini hanyalah aku yang patah hati.’’
Mina menutup agendanya bersamaan dengan senja yang menghabisi siang dan hujan.gdis oktober itu mulai belajar bahwa,mengerjakan keharusanmu tak selamanya menghabisi kebahagiaan dan mengorbankan keinginanmu tak selamanya berakhir penyesalan.
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar